Kebaya, sebuah cita asli dari Budaya Jawa Kuno. Sejak Jaman Kerajaan Majapahit 1293 - 1500 Masehi.
Ada pendapat bahwa asal mula kebaya berasal dari china, tetapi kebaya adalah asli dari Indonesia. Dimana sejak Kerajaan Majapahit menjadi sebuah "Kemaharajaan Raya" yang menguasai Nusantara hingga ke semenanjung Malaya. Seperti tertuang pada naskah Nagarakertagama.
Berbeda dengan busana dari china, Cheongsam. Kebaya merupakan desain tersendiri dari pengembangan kemben penutup dada menjadi penutup badan untuk perempuan yang lebih aristokrat dan sederhana sehingga lebih diterima oleh yang baru memeluk agama Islam.
Aceh, Riau, Johor dan Sumatera Utara mengadopsi cara berpakaian seperti ini, bahkan Thomas Stamford Raffles pada tahun 1817 mencatatnya sebagai Kebaya. Begitu pula saat Portugal mendarat pertama kali di Nusantara ini, mencatat busana perempuan jawa menggunakan Kebaya dari sutra, brokat, beludru dengan pembukaan pusat yang diikat dengan bros, bukan tombol - tombol dan lubang seperti yang terdapat pada busana khas china cheongsam.
Pada tahun 1500 - 1600 di pulau Jawa kebaya adalah pakain yang hanya digunakan oleh keluarga Kerajaan Jawa.
Kebaya juga menjadi pakaian yang dikenakan oleh keluarga Kesultanan Cheribon, Kesultanan Mataram dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pada masa penjajahan Belanda, wanita - wanita eropa mulai melirik busana khas jawa ini, mereka yang bergaun khas eropa merasa tidak cocok dengan iklim tropis di Nusantara ini, mereka melihat busana khas jawa ini begitu simple dan nyaman.
Maka sejak saat itu dari kebaya polos berbahan mori atau sutera mendapat tambahan renda khas Eropa. Kebaya terus berkembang menjadi Nyonya Kebaya.
"Nyonya Kebaya" yang terkenal itu diciptakan oleh Peranakan dari Melaka, mereka memodifikasi dengan tambahan sulam berbagai motif bunga dan Hewan, begitu juga pelengkap busananya, seperti selop encim yang menjadi pelengkap busana kebaya, mereka memepercantiknya dengan sulaman dan manik - manik yang biasa disebut "Kasut Manek”, tidak lupa Pending emas atau perak yang melilit pinggangnya.
Dunia mencatat, sejarah Peranakan menjadi warisan budaya yang patut dilestarikan, sehingga timbul beberapa organisasi yang bertujuan menyelamatkan peninggalan Budaya Peranakan, terutama di Melaka asal mula Budaya Peranakan berasal.